Author: Stevanus Pv |
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Di sebuah bukit yang menjulang tinggi, terdapat sebuah kediaman kecil di bawah naungan pepohonan pohon willow yang rindang. Di sana,tampak seorang kakek tua yang bersandar di pohon willow tersebut. Wajah kakek itu terlihat damai meski dengan pedang di genggaman tangan kanannya. Nama kakek itu adalah Humprey, seorang kesatria tua yang sudah pensiun dari pertempuran-pertempuran yang keras di masa lalu. Kesatria Humprey yang dulu dikenal dengan keberaniannya yang legendaris, banyak cerita yang diungkapkan dari mulut ke mulut rakyat. Kini Humprey menikmati masa hidupnya dengan tenang bersama kudanya yang setia menemaninya.
Humprey tampak santai di bukit yang ditinggalinya tersebut. Banyak cerita yang sudah tersebar. Kesatria Humprey sang petualang, kesatria Humprey penjaga kerajaan. Tapi dari semua kejayaan dan kemuliaan yang telah kesatria tua itu dapatkan, umur tetaplah musuh utamanya. Kesatria tua itu telah melewati banyak perjalanan dan petualangan, terlibat dalam pertempuran-pertempuran yang mempertaruhkan nyawanya.
Humprey tampak berdiri dengan bantuan pedangnya. Waktu sekali lagi tidak bisa menipu, tubuh yang mulai tua renta itu tak lagi sanggup menanggung beban baja dan senjata yang dulu dia kenakan dengan gagah berani.
Kini, hari-hari Humprey dihabiskan dengan menikmati keindahan alam yang mengelilinginya. Pada pagi hari, Humprey akan bangun dari tempat tidurnya yang sederhana di pohon kecilnya, dan bersama White, mereka akan menjelajahi sekitar bukit, menikmati sinar matahari pagi yang menyinari pepohonan willow dan menyapun embun di rerumputan.
Saat matahari menjelang dengan sinarnya yang terik, mereka kembali ke pondok kecilnya yang ada di atas bukit. Humprey terlihat duduk di terasnya yang sederhana, menikmati secangkir teh panas sambil tersenyum memandang pemandangan yang luas di hadapannya. Warga yang mengambil kayu bakarpun kadang berpikir apa yang di pikirkan kesatria Humprey saat sedang menikmati waktu minum tehnya.
Humprey mulai bergumam disaat dia mengingat masa lalu, petualangan-petualangan yang pernah dia jalani, dan teman-teman yang telah tiada, senyum Humprey sangat terlihat meskipun tertutup keriput yang ada di wajahnya.
"Mungkin sudah waktunya"
Di sore hari, Humprey kembali berjalan-jalan di sekitar bukit. Sendiri, menikmati angin sepoi-sepoi yang melambai-lambai, dan melihat matahari terbenam di balik cakrawala yang indah. Tampak White berlari mengejar Humprey dari kejauhan, sahabat sekaligus tuannya yang tak ingin berpisah. Sementara itu Humprey kembali duduk bersandar di bawah pohon willow dengan senyum kecilnya seraya bergumam.
"Sungguh surga"
Meski telah pensiun dari dunia pertempuran, kesatria Humprey tidak pernah kehilangan keberaniannya. Tampak terlihat kehadirannya memberikan kedamaian bagi siapa pun yang melintas di sana. Dan bersama White,kudanya yang setia, mereka melanjutkan perjalanan hidup mereka dengan penuh kedamaian, menikmati setiap momen yang diberikan oleh alam. Kesatria Humprey kembali ke pondok bersama kudanya saat malam mulai tiba dan bintang-bintang sudah mulai menyapa.
Esok hari tampak semua hal berjalan normal kecuali satu. Kehadiran kesatria Humprey hari itu tidak terlihat sama sekali. Warga sekitarpun melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Hal ini terus berlalu sampai seminggu. Hingga akhirnya seorang anak kecil yang bertugas untuk mengantarkan susu dan keju untuk kesatria Humprey datang berkunjung. Ketukan pintu sudah tak terhitung dilayangkan di pintu pondok itu, akhirnya anak kecil itu langsung saja masuk ke dalam pondok tersebut, betapa terkejutnya anak itu melihat White sudah tergeletak di lantai tak bernyawa. Ternyata kuda kesayangan kesatria itu sudah meninggal karena racun. Para wargapun yang mendengar kabar langsung bergegas menuju pondok kesatria Humprey, tapi keberadaan kesatria tua itu tak terlihat sama sekali di dalam pondok. Warga pun mulai mengusulkan untuk mulai mencari kesatria Humprey karena mereka tahu pasti terjadi sesuatu. Para warga terus mencari sampai sore hari dan akhirnya mereka menemukan kesatria Humprey telah tewas gantung diri. Tubuh nya sudah kaku, ada lalat yang mengelilingi tubuh dinginnya. Di dekatnya terdapat pedang yang menemaninya dan secarik kertas yang tertancap di pedang tersebut.
Kepada siapapun yang menerima pesan ini,
Saya menulis surat ini dengan hati yang penuh penyesalan dan penuh kesedihan yang mendalam. Saya ingin mengungkapkan penyesalan yang sangat dalam atas perbuatan yang telah saya lakukan di masa lalu.
Saat ini , saya melihat kembali pada peristiwa-peristiwa yang penuh kegelapan dalam hidup saya. Teman-teman saya yang tewas karena saya tinggalkan untuk maju terlebih dahulu di medan perang. Anak kecil dan wanita yang saya bantai demi menaklukan sebuah kerajaan. Pembantaian yang mengerikan, dimana saya kehilangan kendali diri dan terjerumus dalam kekerasan yang tidak terbayangkan tiada akhir. Dalam momen itu, saya telah kehilangan sebagian besar diri saya yang sejatinya ingin menjadi pelindung dari para rakyat, terhanyut dalam kegelapan yang menguasai pikiran dan jiwa saya.
Ketika semua itu saya ingat kembali, saya tidak bisa tidak merasa hancur dan terpukul oleh kesalahan besar yang telah saya lakukan. Saya menyadari bahwa tidak ada alasan atau justifikasi yang dapat menghapus atau membenarkan tindakan kekerasan yang saya lakukan. Saya memahami bahwa apa yang saya lakukan telah menyebabkan penderitaan bagi yang lain. Dalam hal tersebut apakah saya masih bisa di sebut manusia, tidak saya mulai menjadi monster dalam kulit manusia.
Saya ingin mengungkapkan penyesalan yang mendalam kepada semua yang terkena dampak dari perbuatan saya. Saya menyadari bahwa kata-kata tidak cukup untuk menghapus luka yang saya timbulkan, namun saya berharap dapat menemukan jalan untuk memberikan penghormatan kepada mereka yang telah kehilangan nyawa, kehilangan yang dicintai, dan menderita karena tindakan saya.
Saya memahami bahwa penyesalan ini tidak akan pernah cukup untuk menghapus segala kesalahan dan dosa yang telah saya lakukan, namun saya berjanji untuk menjalani hidup saya dengan bermartabat dan mencari cara untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat yang ada di sekitar saya. Tetapi perbuatan yang saya lakukan terus menghantui saya setiap malam, wajah korban dan rekan seperjuangan yang sudah tak bernyawa terus menghantui saya.
Saya mohon maaf kepada semua yang terkena dampak dari tindakan saya. Saya berharap dan berdoa agar yang terluka dapat menemukan kekuatan dan kesembuhan, dan saya sekali lagi memohon maaf atas kerusakan yang telah saya sebabkan.
Dengan penuh penyesalan dan rasa malu yang mendalam,
Kesatria Humprey.
Para warga pun menurunkan mayat kesatria Humprey dan segera menguburkan mayatnya tepat di sana. Di bawah pohon Willow yang selalu ia jadikan tempat bersandar. Seorang wanita mengikatkan pita berwarna putih sambil terisak, dan akhirnya setiap tahun selalu ada orang yang datang ke makam kesatria Humprey untuk mengikatkan pita di pohon Willow tersebut sambil berdoa.